PISA (Programme for International
Student Assessment) adalah program penilain pelajar tingkat dunia yang
diselenggarakan setiap 3 tahun sekali untuk menguji performa akademis anak-anak
yang berusia 15 tahun. Subjek yang diukur dalam PISA adalah kemampuan membaca,
matematika, dan sains siswa. Indonesia adalah negara dengan wilayah yang cukup
besar dan terdiri dari 270 juta jiwa. Ada Salah satu negara kecil di kawasan
Baltik (Eropa Utara) dengan jumlah penduduk hanya sekitar 1,34 juta jiwa, negara tersebut adalah Estonia. Hasil
PISA negara Estonia selalu menunjukkan peningkatan kecuali pada bidang sains
yang kadang skornya berkurang sedikit. Namun secara posisi, Estonia berada pada
peringkat nomor lima dari atas menurut hasil PISA. Sedangkan Indonesia berada
pada peringkat nomor enam dari bawah, dan hasil PISA Indonesia terlampau jauh
dibawah skor rerata PISA.
(Gambar 1. Hasil PISA 2018 dari paling atas)
(Gambar 2. Hasil PISA 2018 dari paling bawah)
Menurut
hasil diskusi tentang kependidikan yang saya ikuti, ada beberapa faktor yang
menyebabkan skor PISA negara estonia selalu mengalami peningkatan. Penduduk Estonia
memiliki growth mindset yang sangat bagus, mereka senantiasaa melakukan
perbaikan-perbaikan demi kemajuan bangsanya. Sekolah-sekolah di Estonia selalu
melakukan kerjasama dengan universitas setempat. Kedua pihak
bersepakat membuat jadwal penelitian dan pelatihan untuk perbaikan sekolah. Universitas
di Estonia mampu menjadi pusat belajarnya guru-guru, sehingga para guru
memiliki kesempatan dan ruang belajar yang banyak juga. Per tahunnya para guru
memiliki list training khusus dengan "Tallin University". Tallin adalah ibukota dari negara Estonia. Universitas di Estonia mewadahi para guru untuk melakukan penelitian, hasil dari penelitian tersebut
diberikan kepada pihak sekolah untuk dilakukan perbaikan. Disana, para guru
memiliki komunitas untuk sharing kendala, sharing inovasi, melakukan refleksi
selama pembelajaran yang di pandu oleh coach khusus. Perbaikan-perbaikan dari
hulu ke hilir tersebut secara tidak langsung menyebabkan peningkatan mutu sdm
di Estonia.
(Gambar 3. Tallin University)
(Gambar 3. Tallin University)
Estonia
memiliki kurikulum nasional, namun kurikulum tersebut hanya digunakan sebagai
pedoman saja. Setiap sekolah memiliki otonomi yang luas untuk bisa
mengembangkan kurikulum nasional, kemudian sekolah mengkontekstualkan kurikulum
tersebut hingga terbentuklah tujuan pembelajaran versi sekolah. Kualitas
pendidikan di sekolah-sekolah Estonia memiliki strata yang sama, karena
masing-masing sekolah sudah memiliki ukuran tujuan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kurikulum nasional. Angka literasi di Estonia menunjukkan
98%, dengan gap gender antara laki-laki dan perempuan itu nol. Jadi kemampuan
literasi baik siswa yang laki-laki dan perempuan itu sama.
@pejuang30dwc
Selain
masalah growth mindset, faktor lain yang menyebabkan gap pendidikan
di Indonesia dan Estonia sangat besar adalah karena jumlah penduduk. Kurang
lebih 1 kota di estonia itu sama dengan jumlah guru yang ada di Indonesia.
Semakin besar jumlah penduduk, maka pengelolaannya pun tentu tidaklah mudah.
Sehingga penguraian persoalan di Indonesia tidak secepat yang di Estonia. Oleh
sebab itu, peran dalam memajukan pendidikan di Indonesia juga perlu melibatkan
dari pihak-pihak luar sekolah.
#30dwcjilid21
#Day24
Komentar
Posting Komentar