Langsung ke konten utama

Semua murid semua guru

Hari ini adalah kemah pertamaku selama menjadi seorang guru. Karena baru pertama kali,  maka aku menyambutnya dengan antusias.
Para murid siap siaga berbaris sesuai dengan regunya masing-masing. Iringan yel-yel yang terlontar menambah pacuan semangat bagi anggota lainnya.
Pada kemah kali ini murid-murid mengikuti kegiatan jelajah malam,  pada kegiatan jelajah malam mereka mendapatkan penugasan dari setiap pos,  para murid wajib menyetor hafalan hadits. Mereka sudah terbiasa dengan setoran hafalan karena habit yang dibangun dari pondok.
Sebagai seorang guru, saya belajar banyak hal dari mereka, terutama dalam hal tentang produktivitas.
Kebetulan sekolah mengadakan program hafalan alqur'an dan setiap anak memiliki targetan masing-masing. Setiap jeda jam pelajaran,  beberapa dari mereka secara otomatis melakukan murajaah hafalan, selain itu kadang mereka juga mendengarkan rekaman kajian.  Mereka benar-benar menginvestasikan waktu senggang untuk urusan akhirat.
Ketika melihat mereka sedang murajaah hafalan,  sering diri ini berefleksi:
Bagaimana dengan waktu senggangmu,
Hal apa saja yang sudah dilakukan untuk mengisi waktu senggang?
Lebih banyak manfaatnya atau tidak?
Karena pada dasarnya diri sendirilah yang akan menentukan kualitas kehidupan.
Jangan sampai hari-hari kita terisi oleh hal-hal yang melenakan hati,  merasa santai-santai saja padahal waktu tidak pernah bisa terulang. "apabila waktu yang senggang tidak kita pergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat,  niscaya waktu kita akan terbung pada hal yang bersifat sia-sia".
Maka,  mari belajar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya :)
#30dwcjilid21
#Day4
@pejuangdwc30

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Punya Medan Juangnya Masing-masing

  Pada tanggal 3 Mei 2021 santri angkatan pertama MA Miftahunnajah telah memegang SK Kelulusan, pertanda semester depan mereka sudah berada di medan juang yang berbeda. Mendapat kesempatan mengajar mereka selama kurang lebih 2 tahun lamanya, memberi pengalaman tersendiri tentunya. Vibrasi positif dari mereka amat terasa. Satu hal yang membuat terkesan ketika sama-sama belajar dengan mereka. Resiliensi, kemampuan untuk tetap teguh meski dalam situasi yang sulit. Saya melihat meski beberapa diantara mereka ada yang kesulitan (utamanya dalam pelajaran eksak), tapi saya bisa mengamati dari guratan wajah, sikap dan usaha mereka ketika memperhatikan, mencatat, dan belajar hingga larut malam. Membangun reliensi memang tidaklah mudah, semoga sikap ini masih tertanam dimanapun medan juangnya. Dan dari mereka saya juga belajar makna resiliensi yang sesungguhnya. Terimakasih anak-anak J

"QUARTER LIFE CRISIS (QLC)"

Hallo sobat budiman, gimana progresnya hai ini? sudah sampai mana, atau masih bimbang dalam memutuskan pilihan? Disini saya akan mengulas hasil kajian yang diseminarkan oleh mba Dewi Nur Aisyah dan cuplikan IGS dari bang choqi isyroqi tentang quarter life crisis. Ngomong-ngomong tentang QLC, Apa sih QLC itu? “ Quarter ” dalam bahasa inggris artinya seperempat,   kalau umur manusia diibaratkan 100 th maka, QLC terjadi sekitar umur 25. Ada penelitian lain yang juga mengatakan bahwa QLC itu terjadi pada rentang usia 20-30an tahun. Quarter life crisis adalah keresahan yang terjadi di rentang usia tersebut, biasanya orang akan meninjau kembali tentang masa lalunya, apa yang telah ia lakukan, apa yang sudah ia dapatkan, dan bagaimana kehidupan di masa mendatang (karir, jodoh, dll). Quarter Life Crisis ini menandakan kita berada di masa puncaknya kedewasaan. Termasuk saya sendiri yang sekarang di usia 23 tahun masih menimbang-nimbang hal apa yang harusnya saya laku...

Insecure

Insecure adalah lawan kata dari “ secure ”/ rasa aman. Insecure adalah kondisi dimana kita tidak merasa aman, sehingga membuat perasaan seseorang menjadi gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Apakah hal tersebut pernah kamu alami? Aku yakin kamu pernah mengalaminya, termasuk diriku. Sering bahkan, tapi kalau dibiarin terus bisa sangat menghambat aktivitas. Insecure yang lebih sering terjadi di masa kini adalah seringnya kita membandingkan diri dengan orang lain. Paparan media social yang tidak bisa kita kontrol dengan baik, terkadang bisa menjadi boomerang tersendiri bagi kita. Perasaan sering tertinggal, tidak memiliki peran, sedangkan yang lain sudah bisa berkarya dan berkontribusi untuk sekitar. Kalau kata Dian Sastro ketika kita membandingkan diri dengan orang lain adalah sesatu yang sangat tidak adil. Karena masing-masing individu pasti berbeda. Jadi jika kamu ingin bahagia dan comfortable dengan diri, maka jangan pernah membandingkan diri. PoV lain terkait com...