Langsung ke konten utama

Cita dan harapan


Cita menurut kbbi definisi cita adalah keinginan yang selalu ada dalam pikiran.
Ada petuah yang menyatakan:
Disaat yang lain tertidur, maka bangunlah.
Disaat yang lain terbangun, maka berjalanlah.
Disaat yang lain berjalan, maka berlarilah.
Disaat yang lain berlari, maka terbanglah.
Petuah diatas sangat familiar kita temukan di media sosial. Mengambil starting point terlebih dulu merupakan salah satu bentuk agar senantiasa menjadi versi terbaik. Benar adanya bahwa cita itu perlu diperjuangkan, harapan itu senantiasa dikobarkan agar sampai pada tujuan yang diinginkan. Medan juang untuk menjemput cita juga berbeda-beda, ada yang berliku ada pula yang mudah. Jika kita punya cita yang tinggi maka usaha kita juga harus lebih dari biasanya. Pohon yang menjulang tinggi tentu lebih mudah diterjang badai, namun disisi lain dia memiliki akar yang kuat.  Akar itu bernama usaha.  Terlepas dari hal itu, Allah pasti memberikan ujian sesuai dengan kemampuan masing-masing.  Konsistensi adalah kunci utama.  Kata Pak Ridwan kamil musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri, karena umumnya kendala tersebut bersumber dari diri. Kendala itu dapat berupa malas, malu,  takut,  overthinking, insecure, dll.  Kadang kita tau dan sadar bahwa jika kendala itu tetap dibiarkan akan membuat hidup menjadi tidak efektif. Maka yang paling tau cara mengatasinya adalah diri kita sendiri, karena kita yang paling mengetahui kapasitas diri dan  paling paham teknis-teknis yang harus dilalui. Kualitas diri bisa dilihat dari produktivitas, produktivitas tersebut bisa diukur dari hasil yang kita berikan.
#30dwcjilid21
#Day17
@pejuang30dwc

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Punya Medan Juangnya Masing-masing

  Pada tanggal 3 Mei 2021 santri angkatan pertama MA Miftahunnajah telah memegang SK Kelulusan, pertanda semester depan mereka sudah berada di medan juang yang berbeda. Mendapat kesempatan mengajar mereka selama kurang lebih 2 tahun lamanya, memberi pengalaman tersendiri tentunya. Vibrasi positif dari mereka amat terasa. Satu hal yang membuat terkesan ketika sama-sama belajar dengan mereka. Resiliensi, kemampuan untuk tetap teguh meski dalam situasi yang sulit. Saya melihat meski beberapa diantara mereka ada yang kesulitan (utamanya dalam pelajaran eksak), tapi saya bisa mengamati dari guratan wajah, sikap dan usaha mereka ketika memperhatikan, mencatat, dan belajar hingga larut malam. Membangun reliensi memang tidaklah mudah, semoga sikap ini masih tertanam dimanapun medan juangnya. Dan dari mereka saya juga belajar makna resiliensi yang sesungguhnya. Terimakasih anak-anak J

"QUARTER LIFE CRISIS (QLC)"

Hallo sobat budiman, gimana progresnya hai ini? sudah sampai mana, atau masih bimbang dalam memutuskan pilihan? Disini saya akan mengulas hasil kajian yang diseminarkan oleh mba Dewi Nur Aisyah dan cuplikan IGS dari bang choqi isyroqi tentang quarter life crisis. Ngomong-ngomong tentang QLC, Apa sih QLC itu? “ Quarter ” dalam bahasa inggris artinya seperempat,   kalau umur manusia diibaratkan 100 th maka, QLC terjadi sekitar umur 25. Ada penelitian lain yang juga mengatakan bahwa QLC itu terjadi pada rentang usia 20-30an tahun. Quarter life crisis adalah keresahan yang terjadi di rentang usia tersebut, biasanya orang akan meninjau kembali tentang masa lalunya, apa yang telah ia lakukan, apa yang sudah ia dapatkan, dan bagaimana kehidupan di masa mendatang (karir, jodoh, dll). Quarter Life Crisis ini menandakan kita berada di masa puncaknya kedewasaan. Termasuk saya sendiri yang sekarang di usia 23 tahun masih menimbang-nimbang hal apa yang harusnya saya laku...

Insecure

Insecure adalah lawan kata dari “ secure ”/ rasa aman. Insecure adalah kondisi dimana kita tidak merasa aman, sehingga membuat perasaan seseorang menjadi gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Apakah hal tersebut pernah kamu alami? Aku yakin kamu pernah mengalaminya, termasuk diriku. Sering bahkan, tapi kalau dibiarin terus bisa sangat menghambat aktivitas. Insecure yang lebih sering terjadi di masa kini adalah seringnya kita membandingkan diri dengan orang lain. Paparan media social yang tidak bisa kita kontrol dengan baik, terkadang bisa menjadi boomerang tersendiri bagi kita. Perasaan sering tertinggal, tidak memiliki peran, sedangkan yang lain sudah bisa berkarya dan berkontribusi untuk sekitar. Kalau kata Dian Sastro ketika kita membandingkan diri dengan orang lain adalah sesatu yang sangat tidak adil. Karena masing-masing individu pasti berbeda. Jadi jika kamu ingin bahagia dan comfortable dengan diri, maka jangan pernah membandingkan diri. PoV lain terkait com...