Langsung ke konten utama

Belajar Fokus dari Penghafal Al-Qur'an

Akhir-akhir ini aku merasa sering tidak fokus ketika sedang beraktivitas.  Aku sadar,  kalau ini dibiarkan maka lama-kelamaan membuat hidup menjadi tidak efektif.  Qodarullah dapat banyak insight dari ig-tv.nya kak ario muhammad tentang cara agar tetap fokus dalam beraktivitas. Kebetulan yang dia ceritakan adalah seorang ilmuan kimia (S1-S2 di ITS,  S3 di scotlandia) yang juga hafidzah.  Beberapa poin yang beliau sampaikan mulai coba aku terapkan sedikit demi sedikit.  Meskipun pelan,  yang penting ada perubahan ke arah yang lebih baik.
Syarat yang paling utama untuk membangun fokus adalah "memiliki tujuan yang mulia (niat yang mulia)". Orang yang memiliki tujuan yang mulia dalam segala aktivitasnya dapat memiliki ketahanan fokus yang cukup lama. Para ilmuan menyimpulkan ada 2 hal yang menyebabkan bisa terganggu fokusnya.
1. Cognitive tunneling
Adalah perpindahan sesuatu secara tiba-tiba ke sesuatu yang lebih mudah dilakukan.  Contoh: saat belajar serius tiba-tiba kita ingin makan camilan,  alhasil kita belajar sambil mengunyah camilan
2. Reactive thinking
Hal ini berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang sering kita lakukan.  Contoh: belajar sambil bermain media sosial. Hp dan media sosial sangat mudah mendistrak pikiran kita,  sehingga baiknya kita non aktif-kan hp sebelum belajar.
2 hal tersebut bisa mengganggu kita untuk bisa fokus dalam waktu yang lama,  maka pastikan kita tidak memiliki keduanya.
Bagaimana cara agar kita terhindar dari kedua hal tersebut?  caranya adalah dengan membangun "mental model". Mental model adalah salah satu proses pembangunan mental diri agar bisa lebih fokus kembali.  Ada 3 cara dalam membangun mental model,  antara lain:
1. Memvisualisasikan keseharian kita. Orang yang mudah memvisualisasikan aktivitasnya maka akan lebih mudah fokus.  Contoh: membuat bucket list mulai dari harian,  bulanan,  hingga tahunan.
2. Memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, atau bahasa alquran-nya "orang yang mudah berfikir". Orang yang memiliki sensitivitas yang tinggi jika melakukan hal yang tidak bermanfaat maka langsung ditinggalkan, karena tidak sejalan dengan prioritas di masa depan.
Contoh: orang penghafal alqur'an akan merasa lebih mudah untuk menjaga pandangan mereka karena demi menjaga hafalan,  lain halnya dengan seseorang yang bukan penghafal alquran akan membutuhkan effort yang lebih untuk menjaga pandangan.
3. Menarasikan pengalaman hidup.  Seseorang yang mampu menarasikan kehidupan mereka akan lebih mudah fokus dalam bertindak. Menarasikan kehidupan dapat dilakukan lewat tulisan,  yakni membuat buku misalnya.
Melakukan beberapa habit untuk membangun mental model mungkin tidaklah mudah,  setidaknya kita mau berusaha menjadi pribadi yang lebih fokus dengan tujuan yang mulia,  sehingga hasil akhir yang didapat pastilah tidak sia-sia.  Selamat mencoba:)

*Rujukan penelitian tentang Cognitive Tunneling dan Reactive Thinking bisa didapatkan pada:
a. Jurnal nature neuroscience
b. Psycholohical bulletin
c.  Buku smarter faster better karya Charles Duhigg

#30dwcjilid21
#Day8
@pejuangdwc30

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Punya Medan Juangnya Masing-masing

  Pada tanggal 3 Mei 2021 santri angkatan pertama MA Miftahunnajah telah memegang SK Kelulusan, pertanda semester depan mereka sudah berada di medan juang yang berbeda. Mendapat kesempatan mengajar mereka selama kurang lebih 2 tahun lamanya, memberi pengalaman tersendiri tentunya. Vibrasi positif dari mereka amat terasa. Satu hal yang membuat terkesan ketika sama-sama belajar dengan mereka. Resiliensi, kemampuan untuk tetap teguh meski dalam situasi yang sulit. Saya melihat meski beberapa diantara mereka ada yang kesulitan (utamanya dalam pelajaran eksak), tapi saya bisa mengamati dari guratan wajah, sikap dan usaha mereka ketika memperhatikan, mencatat, dan belajar hingga larut malam. Membangun reliensi memang tidaklah mudah, semoga sikap ini masih tertanam dimanapun medan juangnya. Dan dari mereka saya juga belajar makna resiliensi yang sesungguhnya. Terimakasih anak-anak J

"QUARTER LIFE CRISIS (QLC)"

Hallo sobat budiman, gimana progresnya hai ini? sudah sampai mana, atau masih bimbang dalam memutuskan pilihan? Disini saya akan mengulas hasil kajian yang diseminarkan oleh mba Dewi Nur Aisyah dan cuplikan IGS dari bang choqi isyroqi tentang quarter life crisis. Ngomong-ngomong tentang QLC, Apa sih QLC itu? “ Quarter ” dalam bahasa inggris artinya seperempat,   kalau umur manusia diibaratkan 100 th maka, QLC terjadi sekitar umur 25. Ada penelitian lain yang juga mengatakan bahwa QLC itu terjadi pada rentang usia 20-30an tahun. Quarter life crisis adalah keresahan yang terjadi di rentang usia tersebut, biasanya orang akan meninjau kembali tentang masa lalunya, apa yang telah ia lakukan, apa yang sudah ia dapatkan, dan bagaimana kehidupan di masa mendatang (karir, jodoh, dll). Quarter Life Crisis ini menandakan kita berada di masa puncaknya kedewasaan. Termasuk saya sendiri yang sekarang di usia 23 tahun masih menimbang-nimbang hal apa yang harusnya saya laku...

Insecure

Insecure adalah lawan kata dari “ secure ”/ rasa aman. Insecure adalah kondisi dimana kita tidak merasa aman, sehingga membuat perasaan seseorang menjadi gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Apakah hal tersebut pernah kamu alami? Aku yakin kamu pernah mengalaminya, termasuk diriku. Sering bahkan, tapi kalau dibiarin terus bisa sangat menghambat aktivitas. Insecure yang lebih sering terjadi di masa kini adalah seringnya kita membandingkan diri dengan orang lain. Paparan media social yang tidak bisa kita kontrol dengan baik, terkadang bisa menjadi boomerang tersendiri bagi kita. Perasaan sering tertinggal, tidak memiliki peran, sedangkan yang lain sudah bisa berkarya dan berkontribusi untuk sekitar. Kalau kata Dian Sastro ketika kita membandingkan diri dengan orang lain adalah sesatu yang sangat tidak adil. Karena masing-masing individu pasti berbeda. Jadi jika kamu ingin bahagia dan comfortable dengan diri, maka jangan pernah membandingkan diri. PoV lain terkait com...